KORELASI ANTARA SUHU MAKSIMUM DENGAN
POLA ARAH ANGIN DI STASIUN METEOROLOGI
SULTAN M. KAHARUDDIN SUMBAWA
Oleh : Denny Agus
Abriawan A.Md
NIP.
199110052012101001
PMG Pelaksana
Stasiun Meteorologi Sultan M. Kaharuddin
I.
PENDAHULUAN
Radiasi matahari merupakan sumber utama energi
di bumi yang menggerakkan sistem cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim mempunyai beberapa unsur
yang mendukung dan mempengaruhinya, salah satu di antaranya adalah suhu udara.
Cuaca adalah keadaan fisik atmosfer pada suatu saat (waktu tertentu) di suatu
tempat, yang terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Suhu udara yang terdapat
di muka bumi ini mempunyai nilai yang berbeda-beda, hal ini dikarenakan
penerimaan radiasi matahari yang terjadi berbeda pula di setiap tempat
tergantung posisi lintangnya.
Suhu di beberapa
wilayah di indonesia tidaklah memiliki pola yang seragam, hal ini berkaitan dengan sangat luasnya
wilayah di Indonesia, sehingga menyebabkan kondisi iklim yang satu berbeda
dengan yang lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan letak geografi,
topografi, dan orografi suatu tempat yang berbeda-beda. Suhu maksimum yang
tercatat dapat dicapai pada suatu daerah bervariasi, bergantung pada tiupan
angin, hujan atau pada saat – saat puncak suhu maksimum, dan adanya rambatan
(adveksi) udara ke tempat itu.
Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan permukaan bumi. Udara
tersebut bergerak dari daerah tekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Angin
dapat terjadi jika pada suatu saat terjadi perbedaan tekanan udara pada arah
mendatar, maka akan terjadi gerakan perpindahan masa udara dari tempat dengan
tekanan udara yang tinggi ke tempat dengan tekanan udara yang rendah (Soepangkat, 1994).
Arah
angin adalah penjuru dari mana angin berhembus atau datang dan dinyatakan dalam
derajat yang ditentukan dengan arah perputaran jarum jam dan dimulai dari titik
utara sebenarnya (true north) bumi.
Dengan kata lain sesuai dengan titik kompas. Laju angin adalah laju dari
menjalarnya arus angin dan dinyatakan dalam knot atau
kilometer perjam maupun dalam meter perdetik
(Soepangkat, 1994). Angin permukaan diukur pada ketinggian standar 10 meter
di atas permukaan tanah dalam situasi terbuka.
Angin permukaan sangat
mempengaruhi suhu udara di suatu tempat. Dengan cara
mengolah data suhu udara, kemudian mencari nilai suhu maksimum perbulan untuk
dapat mengetahui pencapaian suhu maksimum tiap bulannya. Data arah angin digunakan
untuk mengetahui dan memahami adanya pengaruh udara dari luar titik pengamatan.
II.
DATA
DAN METODE
Data suhu udara permukaan maksimum
harian periode Januari 2007 sampai dengan Desember
2016 (data 10 tahun terakhir). Data angin permukaan harian dengan
rapat data yaitu data sinoptik pada jam pengamatan utama dan penting 00.00, 03.00,
06.00, 09.00, 12.00, 15.00, 18.00, 21.00 UTC (Universal Time Coordinated).
Untuk mendapatkan pola arah angin bulanan digunakan metode Wind Rose. Manfaat menganalisis keadaan
angin dengan menggunakan metode Wind Rose
adalah hasilnya berupa pola yang mudah dipahami karena penyajiannya dalam
bentuk diagram. Metode yang digunakan untuk mengolah suhu maksimum, dengan
perhitungan statistik pada Ms. Excel, yang disajikan dalam bentuk grafik.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk
mengetahui hubungan antara pencapaian suhu maksimum dengan arah angin, maka
dilakukan analisa arah angin dan perubahan suhu maksimum. Untuk memudahkan
pemahaman, maka pengolahan data ditampilkan dalam bentuk grafik dan diagram.
Pencapaian suhu maksimum yang dapat dianalisis dari tahun 2007-2016 secara umum
dapat ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 1 : Grafik suhu maksimum
tertinggi perbulan tahun 2007 sampai 2016.
Dari hasil analisis data di atas (10
tahun terakhir) terlihat bahwa suhu maksimum >35,0°C dicapai pada bulan Mei dan Agustus
hingga Desember. Sedangkan suhu maksimum <35,0°C dicapai bulan Januari hingga April
dan Juni hingga Juli.
Berdasarkan grafik suhu udara bulanan dan diagram wind
rose, dapat diuraikan sebuah tabel yang berisi pencapaian suhu maksimum bulanan
berkaitan dengan arah dominan pada bulan bersangkutan, sebagai berikut :
No. |
Bulan |
Suhu Maksimum |
Arah Angin |
1 |
Januari |
34,5°C |
Tenggara dan Barat Laut |
2 |
Februari |
33,8°C |
Tenggara dan Barat Laut |
3 |
Maret |
34,6°C |
Tenggara dan Barat Laut |
4 |
April |
34,7°C |
Tenggara dan Barat Laut |
5 |
Mei |
35,2°C |
Timur dan Tenggara |
6 |
Juni |
34,7°C |
Timur dan Tenggara |
7 |
Juli |
34,0°C |
Timur dan Tenggara |
8 |
Agustus |
35,8°C |
Timur dan Tenggara |
9 |
September |
36,9°C |
Timur dan Tenggara |
10 |
Oktober |
38,6°C |
Timur dan Tenggara |
11 |
November |
38,8°C |
Tenggara dan Barat Laut |
12 |
Desember |
36,2°C |
Tenggara dan Barat Laut |
Tabel 1 : Tabel bulanan suhu maksimum dan arah angin.
Pencapaian suhu maksimum ini, selain berkaitan dengan
pengaruh asal udara, yang diasumsikan dengan arah angin, juga berkaitan dengan
kecondongan matahari.
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil penelitian ini adalah :
·
Terjadi kenaikan suhu
maksimum pada bulan Juli hingga November.
Pencapaian suhu maksimum yang tinggi ini berkaitan dengan angin Timuran,
yang dingin dan kering untuk wilayah Nusa Tenggara Barat.
·
Terjadi penurunan suhu
maksimum pada bulan Desember hingga Juni. Pencapaian suhu maksimum menjadi
lebih rendah dibanding dengan bulan lainnya.
Pencapaian suhu maksimum ini berkaitan dengan angin Baratan yang hangat
dan lembab untuk wilayah Nusa Tenggara Barat.
V.
DAFTAR
PUSTAKA
Soepangkat. 1994: Pendahuluan Meteorologi, BPMLG,
Jakarta.